1. Puluhan Orang Hilang dalam Longsor di China
Korban tewas dalam tanah longsor yang mengubur sebuah desa di barat daya China bertambah menjadi 29 orang, menurut media pemerintah, dengan 22 orang masih hilang beberapa hari setelah bencana melanda.
Kantor berita resmi Xinhua melaporkan bahwa 40 orang telah diselamatkan dari lokasi di daerah Shuicheng, provinsi Guizhou, menurut perintah penyelamatan darurat setempat.
Ilustrasi bencana tanah longsor di China. (China Daily via REUTERS)
|
2. Taliban Tolak Ajakan Berunding Pemerintah Afghanistan
Pemerintah Afghanistan menyatakan siap melakukan perundingan damai dengan Taliban ditengahi Jerman. Namun, Taliban menolak ajakan itu dan menyatakan mereka baru mau melakukan hal itu setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) benar-benar menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan.
"Kami sedang mempersiapkan perundingan langsung. Kami bekerja sama dengan semua pihak dan berharap hal ini bisa terlaksana dalam dua pekan lagi, yang akan dilaksanakan di Eropa," kata Menteri Urusan Perdamaian Afghanistan, Abdul Salam Rahimi, seperti dilansir AFP, Minggu (28/7).
Rahimi menyatakan mempersiapkan rombongan juru runding sebanyak 15 orang untuk bertemu dengan delegasi Taliban. Menurut informasi yang dihimpun, perundingan ini bakal digelar di Oslo, Norwegia pada 7 Agustus mendatang.
Di sisi lain, Juru Bicara Biro Politik Taliban di Qatar, Suhail Shaheen, membantah mereka bakal segera berunding dengan pemerintah Afghanistan. Mereka menyatakan baru mau bernegosiasi jika seluruh pasukan asing sudah angkat kaki dari Afghanistan.
"Perundingan Intra-Afghan baru bisa terlaksana jika sudah ada pengumuman penarikan seluruh pasukan asing," kata Shaheen.
3. Perundingan Pemulangan Rohingya Berjalan Alot
Tahap kedua pembicaraan antara delegasi tingkat tinggi dari Myanmar dan wakil Rohingya di Bangladesh masih berakhir dengan kebuntuan mengenai hak kewarganegaraan.
"Mereka (pemerintah Myanmar) masih belum sepakat untuk mengubah Hukum Kewarganegaraan 1982, yang kontroversial, untuk memberi hak kewarganegaraan buat Rohingya dan mereka ingin kami pulang sebagai migran baru atau pendatang baru," kata salah satu dari 35 perwakilan Rohingya yang ikut dalam dialog tersebut, dikutip dari Antara yang mengutip kantor berita Anadolu, Minggu (28/7).
warga Rohingya menyatakan mereka tidak akan kembali ke Myanmar sebelum diakui sebagai warga negara.
"Kami berharap perundingan ini akan membuahkan hasil. Kami menyampaikan kepada mereka kami tidak akan kembali jika tidak diakui sebagai warga negara Myanmar," kata utusan Rohingya, Dil Mohammad, yang turut dalam perundingan itu, seperti dilansir AFP.
Delegasi Myanmar yang dipimpin oleh Sekretaris Permanen Urusan Luar Negerinya U Myint Thu dan wakil Rohingya itu diselenggarakan di Cox's Bazar, Bangladesh Selatan, sejak Sabtu (27/7).
Pada hari pertama, pertemuan selama 3 jam tersebut berakhir tanpa terobosan. Dialog kemudian dilanjutkan pada Minggu (28/7) selama 3,5 jam, tapi tak ada kesepakatan yang dapat dicapai mengenai hak kewarganegaraan. (ayp)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2Mo2eJk
via IFTTT
No comments:
Post a Comment